Operasi Seroja 1975 Timor Timur, Kuterinbat (Bagian IV)

 Kuterinbat adalah teori taktik yang diuji coba di Timor Timur pada tahun 1981. Teori taktik ini berasal dari mantan Komandan Brigif Linud 17 Kostrad, Mayjen M.Sanif sewaktu menjabat Asisten Operasi Mabes ABRI. Beliau melihat hasil-hasil operasi pasukan TNI yang berada di Timor Timur saat itu belum menunjukkan hasil yang maksimal. Berangkat dari pengalaman masa lalunya ketika memimpin berbagai operasi tempur, tercetuslah ide untuk melakukan ujicoba kembali suatu konsep operasi yang sudah berulang kali beliau laksanakan di daerah-daerah operasi lainnya dan berhasil.


Dulu, Kuterinbat ini adalah kemampuan atau keterampilan yang wajib dilatihkan kepada setiap prajurit Kujang 1, dan telah terbukti dengan baik. Di manapun prajurit jajaran Kujang 1 yang memiliki kemampuan Kuterinbat ditugaskan, yaitu Yonif Linud 305/Tengkorak, Yonif Linud 328/Dirgahayu, dan Yonif Linud 330/Tri Dharma, selalu berhasil dalam operasi yang dibebankan kepada mereka. Misalnya, operasi penumpasan DI/TII, PGRS Paraku, dan sebagainya. Kemudian yang paling khas adalah operasi teritorial dan intelijennya yang dijalankan bersama-sama dan kemudian dikenal dengan sebutan adu bako.

Hanya sayangnya, untuk tahun-tahun selanjutnya, setelah berkurangnya operasi-operasi militer, kemampuan dan keterampilan ini dilupakan dan tidak dimanfaatkan lagi. Bahkan kemudian tidak lagi diprogramkan dan dilatihkan, sehingga pernah menghilang di agenda jajaran Kujang 1 sendiri. Sampai akhirnya Mayjen M. Sanif mencetuskan kembali gagasan baru untuk menggunakan pola operasi Kuterinbat di Timor Timur.


Untuk mewujudkan gagasan ini, Mabes ABRI menunjuk Brigif Linud 17 Kujang via Kostrad, agar menyiapkan satu satuan setingkat Kompi yang masih memiliki pengetahuan keterampilan dan kemampuan Kuterinbat untuk ditugaskan di Timor Timur.

Adapun susunan operasi Kuterinbat ini berjumlah 150 orang, yang terdiri dari :
a. Pok Koki : Dari Mabrigif Linud 17 Kujang
b. Danki : Kapten Inf. Adam Damiri (Pensiun Mayjen TNI)
c. Wadanki : Kapten Inf. Agustadi Sasongko Purnomo
d. Anggota :
1) Dari Yonif Linud 305/Tengkorak sebanyak 2 Regu Senapan, Regu 1 dipimpin Serda Slamet Sudjarwo, Regu 2 dipimpin Serda Suharyono.
2) Dari Yonif Linud 328/Dirgahayu sebanyak 1 Peleton dengan Danton Letda Inf.M.Hafid yang membawahi 3 Regu Senapan.
3) Dari Yonif Linud 330/Tri Dharma sebanyak 1 Peleton dengan Danton Lettu Inf. Toni SB. Husodo membawahi 3 Regu Senapan.

M Yusuf Berikan Pengarahan Operasi Seroja
M Yusuf Berikan Pengarahan Operasi Seroja

Kronologi penunjukan Kapten Inf. Agustadi Sasongko Purnomo sebagai Wadanki adalah sebagai berikut :
Ketika itu tahun 1981 ia menjabat sebagai Kasi 3/Pers/328/17, Danyonif Linud 328/Dirgahayu dijabat Letkol Inf.Firdaus Jamal, sedangkan sopirnya bernama Abdullah. Dipanggil menghadap Pangdiv 1 Brigjen Faisal Tandjung, ditanya oleh beliau:
” Siapa Perwira di 328 yang jago perang?”
” Siap, Kasi Pers, Kapten Agustadi Sasongko Purnomo!” jawab Abdullah.
Maka dipanggila Aguk menghadap Pangdiv-1.
” Kamu, Agustadi, jago perang!”
” Siap Panglima!” jawab Aguk.
” Kamu si jago perang, kamu persiapkan dirimu ikut pemilihan Komandan Kuterinbat!”
” Siap, kerjakan!”

Alhasil, Danki dijabat oleh Kapten Inf. Adam Damiri, sedangkan Wadanki dijabat oleh Aguk. Kompi ini semacam satuan anti gerilya dengan kualifikasi Raiders. Setelah menerima petunjuk perencanaan (jukcan) dari Komandan, ia langsung mengumpulkan keterangan dan mempelajari daerah selama 7 hari.

Proses pemilihan anggota Kuterinbat cukup unik, yaitu diawali dengan apel Batalyon yang diambil oleh Kasipers, Kapten Inf. Agustadi Sasongko Purnomo. Kemudian para anggota ditanya oleh Aguk:
” Siapa yang mau mati di Timor-Timur?”

Tantangan itu direspon para Kopral dan Tamtama dengan mengangkat tangan secara serentak. Ini menunjukkan semangat dan kesediaan mereka secara ikhlas. Intinya para anggota mempunyai sugesti dan percaya kepada Komandannya yang pernah beberapa kali bertugas disana dan berhasil, pulang dengan selamat. Ternyata, Aguk memilih prajurit yang bandel-bandel, dan urakan, tetapi setia dan berani. Pilihan ini ternyata tepat setelah pembuktian nantinya di medan operasi.

Sebelum diberangkatkan kedaerah operasi, mereka langsung berada di bawah kendali dan pengawasan Asops Pangab Mayjen M.Sanif, dimana beliau menjabat sebagai penanggung jawab dan pembina latihan. Kompi pilihan ini dilatih di Cipatat selama 1 bulan penuh. Para pelatih dalam latihan Kuterinbat terpadu ini direkrut dari mantan orang-orang Kujang yang qualified dan paham betul tentang Kuterinbat.

Keunikan komposisi organisasi satuan khusus setingkat Kompi ini adalah, terjadinya pembauran dan campuran antara orang-orang yang sudah sangat senior dan prajurit-prajurit yang masih muda. Keistimewaan lainnya, ketika ditawarkan kepada anggota-anggota yang tergolong senior di masing-masing Batalyon, siapa yang menguasai Kuterinbat dan bersedia bergabung, banyak Bintara/Tamtama senior yang mendaftarkan diri, sehingga akhirnya diseleksi ulang. Bahkan dengan sukarela, ada beberapa yang sudah MPP pun masih bersedia dan bersemangat untuk bergabung. Mengingat dan menimbang pengalaman mereka semasa operasi-operasi terdahulu, akhirnya para sesepuh ini dijinkan juga ikut memperkuat Satuan Khusus Kuterinbat.

Fenomena semacam ini menunjukkan jiwa juang, jiwa korsa dan semangat persatuan serta kebanggaan selaku prajurit Kujang tidak bisa diukur dengan materi, batas usia, ataupun hal-hal lainnya, sehingga 6 bulan penugasa di Timor Timur saat itu, ada 3 personil yang pensiun di sana, pulang dengan status purnawirawan.  (bersambung)

Sumber : JKGR.

1 Komentar

  1. Luar biasa, tolong dituliskan pengalaman tugas di Timor Timur yang lainnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama