Ngajum - Malang.
Di tengah derasnya arus impor kacang tanah dari Negara india, Vietnam, Tiongkok hingga Afrika, CEO Prima 4.0 Vinna Ho hadir memperjuangkan ketahanan pangan nasional lewat langkah Strategis, dengan bukti kerja nyata dalam komitmen program pembibitan unggul kacang tanah yang di mulai dari hulu, bekerja sama dengan semua pihak salah satunya Stakeholder Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Malang ,Kemarin tgl 28 Juli 2025 dalam kegiatan secara simbolis dengan tema Penanaman Kacang Tanah Bersama Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan yang di gelar di Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) Lapas Kelas 1 Malang di lokasi Desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang.
CEO PT. Prima 4. 0.Vina Ho kepada Awak Jurnalis usai penanaman menyampaikan " kita tidak bisa lagi bergantung pada kacang tanah impor, sudah saatnya indonesia mandiri dan berdikari dalam sektor pangan terutama dari benih unggul lokal, Ujarnya.
Lanjut Vinna menjelaskan, Fakta menyedihkan rata rata hasil produksi kacang tanah petani Indonesia hanya 2 ton per hektare, itu pun sangat bergantung pada cuaca dengan benih unggul yang kami kembangkan.
selama ini negara kita nyaris tidak punya breeder khusus untuk kacanng tanah. Sejak 1996, industri pangan nasional hampir sepenuhnya mengadandalkan kacang impor dari luar negeri, angkanya bukannya turun, malah terus meningkat karena kebutuhan konsumsi dan industri yang tinggi, pungkasnya.
kita ironis punya lahan luas, tapi kacang tanahnya datang dari india dan afrika, bahkan setelah kena bea masuk dan keuntungan distributor, harga kacang tetap lebih murah dari produk lokal, ini adalah alarm serius bagi kedaulatan pangan kita, tegas Vinna.
Harapan kedepan lewat kerja sama dengan Lapas Kelas 1 Malang ini dan juga mitra pertanian lainnya, kami menggagas proyek pembenihan unggul nasional. Lahan Asimilasi dan Edukasi di area Lapas di manfaatkan sebagai pilot project pengembangan benih unggul kacang tanah ke seluruh Indonesia.
"ini bukan sekeadar produksi benih, ini adalah revolusi dari hulu supaya para petani Indonesia mempunyai akses terhadap benih unggul dan tak lagi kalah dengan kacang tanah impor, imbuhnya.
ia menambahkan, jalan tak selalu mulus, Vinna juga menyoroti masalah mahalnya harga pupuk dan pestisida.
menurutnya, jika ingin mendorong petani berproduksi lebuh banyak, maka negara harus di garda terdepan mengawal pertanian.
Kami ingin model ini bisa di jalankan di seluruh indonesia dimulai dari bibit, kita bangun kemandiran, harapnya.
Dengan Visi yang kuat dan langkah yang konkret, Vinna ho percaya bahwa kacang tanah yang selama ini di anggap komoditas kecil, justru bisa menjadi tulang punggung ketahanan pangan Indonesia jika di kelola serius dari sekarang, katanya. (Mid)

